Author
: Anisya (@10960anisya)
Genre : Love, Friendship, Sad Ending
Cast
: Matsui Jurina
Kashiwagi Yuki
Takashi
Mamoru (OC)
Kuroshaki
Maekawa (OC)
Back SONG : AKB48/JKT48 – Two Years Later
AKB48 – Sakura no Kini Narou
[Mamoru POV]
Ku kayuh sepedahku lebih cepat.
Sekali-kali aku melihat ke arah jam tangan yang melilit di tangan kiri ku. Saat ku lihat kembali,
jarum pendek menunjuk ke angka 10 dan jarum panjang ke angka 3, pukul 10 lebih
15 menit. Aku telat 15 menit.
Tujuanku adalah taman, taman yang
berada di depan sebuah gedung tua di ujung kota yang menyimpan banyak kenangan. Dan tujuanku selanjutnya
memasuki gedung tua itu. Gedung yang tua, sepi, kotor, dan terasa selalu
membawaku ke masa lalu, masa lalu yang ku sia-siakan.
Kemarin..
Ku tatap layar handphone ku. Foto
seorang perempuan yang pernah aku sia-siakan. Tapi, sekarang aku berbalik
mencintainya. Ku hela nafas..
Irasshaimase~
Handphone ku berbunyi, penanda e-mail
masuk.
MJurina08 :
Besok, di
taman dan gedung itu, ayo kita bertemu jam 10 pagi.
e-mail sebaris yang datang mendadak
itu membuat ku terbelakak. Ada tujuan di hatiku tidak usah pergi, aku takut tak
kuat menahan rasa bersalah ini. Namun, aku tidak bisa berbohong. Baiknya
bertemu dengan muka apa? Karena aku bukan aku yang waktu dulu.
Aku bingung menulis e-mail balasan.
Akhirnya kuputuskan untuk menemuinya besok.
TakashiMamoru :
Aku akan menemuimu.
[Nostalgic ending]
Kini, ku parkirkan sepedah ku. Ku
pamerkan senyumku pada penjaga di situ, dia pun membalasnya. Seorang penjaga parkiran
sepedah yang ku kenal dari dulu. Ketika berada didepan pintu taman yang berada cukup jauh
dari tempat parkir, aku terdiam, menatap taman ini. Tak berubah. Hanya saja tempat ini semakin tak
terurus.
Aku sengaja menaruh sepedahku di sana
supaya aman walaupun tempatnya cukup jauh dari taman ini.
Ku dorong pintu yang susah di buka ke
dalam tempat yang tak berpenghuni. Ya, taman dan gedung yang aku tuju tidak
berpenghuni. Dahulu, ini adalah sekolahku yang di tutup jauh sebelum aku masuk. Ya, alasannya adalah sekolah ini
pindah tempat ke tempat yang lebih bagus.
Dan taman yang juga tidak berpenghuni
ini adalah taman yang di tutup semenjak sekolah kami di tutup. Karena semakin
sedikitnya pengunjung, bahkan pernah berbulan-bulan sama sekali tidak ada
pengunjung. Oleh karena itu, taman ini di tutup.
Tapi, aku punya sahabat-sahabat yang
selalu menggunakan tempat-tempat ini yang cukup menyeramkan menurutku untuk
bermain atau sekedar nongkrong.
Kuroshaki Maekawa atau sering di panggil Kuroshaki, Kashiwagi Yuki sering di panggil
Yukirin, diriku, dan tentu saja, seorang perempuan yang akan kutemui sekarang.
Ku pandang bangku panjang di bawang pohon
beringin,
duduk seorang perempuan. Berkulit putih, berparas cantik, rambut lurus sebahu
dengan topi hitam. Menggunakan kaus merah
bertulisan ‘WMatsui’ berbalut Knit Cardigan berwarna hitam, celana panjang
American Jeans berwarna senada dengan cardigannya, juga sepatu All Stars pendek
berwarna merah darah. Dan tidak lupa skateboard di sebelahnya. Selalu berpenampilan
seperti anak laki-laki.
Ku hela nafas..
Sambil kumelangkahkan kaki menuju
bangku taman itu, ku pandang wajahnya dari jauh. Aneh, wajahnya semakin cantik
tapi gaya nya tidak berubah. Dialah perempuan yang selama ini ku abaikan, tapi
aku malah berbalik padanya, Matsui Jurina.
Sadar aku menghampiri dan
memperhatikannya, dia menoleh. Aku pun bersandiwara dengan memasang wajah
datar, seperti aku yang dulu. Dia melambaikan tangannya dan melemparkan
senyumnya yang khas, membuatku buyar dengan wajah datarku. Aku malah membalas
senyumnya. Baiklah..aku tidak bisa bersandiwara sekarang.
“Hei nasi, apa kabar? Kau telat 15
menit, baka! Kau masih mengenaliku
kan? Hahaha..” dia tertawa
Aku memang sering di panggil nasi
atau raisu.
Tawanya buyar, “Aku hanya takut kau melupakan aku
seperti dulu”
“Ah, kabar ku baik. Bagaimana
denganmu, gakuran? Aku tidak akan
pernah lupa denganmu jika kau terus bergaya seperti ini” aku duduk di
sebelahnya dan tersenyum padanya, “Gomen,
aku telat. Hei, bagaimana kau masuk?! Pintu nya sangat susah di buka” tanyaku
“Sudahlah, tidak usah memanggilku
seperti itu, aku sudah tidak memakai baju gakuran
dan aku terlalu jatuh cinta pada gaya seperti ini. Oh iya, aku loncat dari
pagar yang berada di sebelah pintu masuk, hehe” jawabnya. Tidak berubah, dari dulu dia selalu
loncat lewat pagar itu.
"Ah, bagaimana karirmu? Kudengar kau menjadi komikus" tanyaku
Dia mengangguk, "ya, seperti itulah"
“Hah..tempat ini” dia menghela nafas
Kami terdiam menatap gedung di sebrang
bangku taman yang panjang ini.
Dia masih terdiam
“jurina-san”
“hai` raisu-kun? Eh..anoo, maksudku
mamoru-kun?”
“kau..” ucapku gugup
“apa?”
Aku terdiam. Aku tak bisa
mengatakannya.
“anoo...kau mengirim e-mail itu, ada
apa?” tanya ku gugup mengalihkan pembicaraan
“hmm..aku hanya ingin bertemu dengan
bangku ini, juga gedung itu” dia tersenyum menatap gedung itu
“kau tak merindukan ku kan?
Haha..bercanda” aku mencoba tertawa kecil
Dia tetap diam sambil tersenyum. Dia pun
menoleh ke arah ku. Lalu menghela nafas..
“tentu saja aku merindukanmu” wajahnya
memerah
“aku pun” jawabku singkat sambil menatap nya
“yak! Aku merindukan tingkah aneh mu
itu nasi, baka! Hahaha..” dia tertawa, “tapi kau benar-benar
merindukanku? Lol. Aku pikir kau semakin melupakan aku, haha” ucapnya sambil
tertawa lagi
“Sudahlah, tak usah kaitkan masa
lalu” gerutuku
Lalu, suasana pun menjadi hening.
Kami berdua terdiam menatap gedung itu. Gedung itu terasa menyeramkan dan
selalu membawaku ke masa lalu.
Kami masih terdiam
Hampir 10 menit kami terdiam. Aku
lihat wajahnya, terlihat matanya meneteskan air mata. Dia menangis. Menangis
dalam hening, kebiasan nya seperti dahulu.
“Daijobu desu ka?” tanya ku
Sambil terus menatap gedung itu, dia
tersenyum sambil meneteskan air mata.
“hei, jurina-san, kau jangan membuatku takut” ucap ku mulai ketakutan
Dia tetap tersenyum menatap gedung
itu
Akhirnya dia berbicara, “aku masih
diriku, bukan sosok aneh, baka”
Masih menatap gedung itu, kami hanya
bisa mengingat masa lalu.
“waktu itu..” ucapnya
“ma..maaf...maafkan aku jurina..”
jawab ku
2
tahun yang lalu...
[Jurina POV]
Hari ini hari kelulusan sekolah kami. Dan sekarang waktunya berpisah lalu
menentukan jalan hidup sendiri. Dan juga sekarang waktunya untuk aku mengungkapkannya..
Sudah 3 tahun ini aku memendam rasa pada Mamoru, namun kami terlalu dekat,
sampai-sampai aku hanya bisa memendamnya selama ini. Aku sudah terlalu suka,
bukan, terlalu sayang, bukan, tapi terlalu cinta pada Mamoru.
Setelah upacara kelulusan usai, aku mengambil skateboard ku dan pergi
menuju taman itu. Di sana, Kuroshaki, Yukirin, dan Mamoru telah menunggu. Semoga aku bisa mengutarakannya..
Aku masuk ke taman itu dengan meloncati pagar sebelah pintu masuk dan
membawa skateboard ku. Aku berlari dan melambaikan tangan pada 3 sahabat ku
yang sedang duduk di bangku taman yang panjang tepat di bawah pohon beringin.
“Jurina-san! Aaaaaa...akhirnya aku bisa bertemu dengan mu!” Yukirin
menghampiriku dan memeluk ku
“Aku pun. Bagaimana penampilan ku?” tanyaku sambil melepaskan pelukan
“Kau terlihat.....sangat luar biasa! Menggunakan celana jeans dan jas
laki-laki. Sangat tampan!
Wkwk” ledek Kuroshaki. “Aku setuju! Haha” ucap
Yukirin
“Biarkan saja! Dari pada aku harus menggunakan dress, nanti aku terlihat
sangat kawaii~” ucapku meledek
Kuroshaki.
“Bagaimana pun juga, kau tidak akan terlihat menarik” ucap Mamoru
dingin
Seketika pun hening
“Hei! Aku hanya bercanda! Baka..” ucapnya cemberut
“Hahahaha..” kami pun tertawa
Setelah cukup lama mengobrol, kami memutuskan untuk masuk ke gedung tua di
sebrang taman. Gedung yang selalu menjadi tempat kami nongkrong dan menjadi
saksi persahabatan kami.
Aku melihat Mamoru dan Yukirin jalan berdua di depan. Terlihat tangan
Yukirin sedang menggandeng tangan Mamoru. Itu hal biasa yang aku lihat, tapi
entah mengapa, kali ini sangatlah menyakitkan.
Ya, karena aku terlalu cinta pada Mamoru, aku rela demi Mamoru bahagia.
Karena Mamoru menyukai Yukirin, akhirnya aku menjodohkan mereka berdua, tapi
selalu gagal. Dan setelah Mamoru menjauh dariku, dia tidak pernah menceritakan
hubungan dan perasaannya tentang Yukirin lagi padaku.
“Kuro-kun~” ucap ku pelan
“Hm?” jawab laki-laki di sebelahku ini
“Kau lihat? Entah mengapa kali ini terasa sangat menyakitkan..” ucapku. Ya,
hanya Kuroshaki yang mengetahui perasaanku terhadap Mamoru.
“Aku melihat Jurina-san, mungkin memang ini saatnya. Nanti di lantai 2, aku
akan memancing Yukirin ke taman belakang. Sedangkan kau, pergi ke lantai 4.
Mengerti?” ucapnya meyakinkan ku
“Aku takut dia tidak mau ke lantai 4 Kuro-kun~” ucapku cemberut
“Ganbatte!” ucapnya lalu berlari ke arah Mamoru
“Ayo ke lantai 2! Kita haru mengecek markas kita~” teriak Kuroshaki sambil
berlari menuju tangga
Ya, ada satu ruang kelas di lantai 2 yang kita rubah menjadi markas.
“Ayo! Jurina-san kau harus lari!” teriak Yukirin menyusul Kuroshaki
Aku hanya mengangguk. Ku lihat Mamoru tidak menyusul, dia hanya berjalan
biasa. Aku mencoba menghampirinya.
“Hei, kau tak menyusul?” tanyaku sedingin mungkin
“Malas~” jawabnya tak kalah dingin
“Bagaimana hari kelulusan mu?” tanya Mamoru
“Eh?! Tumben kau bertanya..cukup baik. Anak-anak di kelasku akan mengadakan
pesta malam ini, tapi aku menolak” jawabku
“Kenapa?” dia bertanya lagi, sungguh aku sangat merindukan suasana ini
“Aku lebih memilih pergi kesini, bersama kalian. Dan..karena seseorang” aku
mencoba mengirim kode
Dia terdiam
“Kuroshaki?” lalu dia bicara
Baka!
batinku
“Bisa jadi. Aku duluan!” jawabku
sambil berlari menyusuri tangga
Aku berjalan menyusuri lorong balkon lantai 2. Terlihat Yukirin dan
Kuroshaki sedang menyapu.
Aku berlari menghampiri mereka.
“Hm, lebih baik aku yang menyapu Kuro-kun” ucapku
“Baiklah, ini. Kau menyapu yang benar ya..kau kan kalau menyapu selalu
main-main” Kuroshaki memberikan sapunya dengan tatapan tajam, “Hahaha..tenang
saja, aku tidak akan main-main. Aku tidak akan menyapu
sambil berlatih dance chime wa love song lagi!” jawabku sambil mulai menyapu
“Yukirin, bagaimana kalau kita ke taman belakang? Kita kan bagian Taman,
lebih baik kita mengecek tanaman-tanaman kita. Ayo!” ajak Kuroshaki sesuai
rencana
“Ayo!” jawab Yukirin semangat dan meninggalkan sapunya
Sesuai dugaan, Yukirin adalah orang yang mudah di suruh atau di ajak. Jadi
tak usah memikirkannya duakali, dia langsung menjawab atau melakukannya.
“Lalu? Aku dengan Mamoru?” ucapku pura-pura polos melihat mereka menuruni
tangga
“Ayolah, kita bagian kebersihan jadi memang seharusnya kita yang menyapu”
ujar Mamoru sambil menghampiriku dan mulai menyapu
Kami menyapu sepanjang lorong lantai 2 tanpa obrolan. Setelah itu kami
harus mengecek tempat nongkrong kami
di lantai paling atas atau lantai 4.
“Haaaah~ Selesaaaiiiiii~~~” ucapku sambil menyimpan sapu
“Sekarang?” tanya Mamoru
“Kita harus ke lantai 4, ya kan?” tanyaku balik
Tanpa jawaban atau isyarat, dia langsung pergi menaiki tangga.
“Raisu..”
“Ha`i?”
“Aku ingin bicara” ucapku berani
“Jika kau ingin membicarakan anime,
nanti saja..” jawabnya dingin
“Baka, bukan itu maksudku!~”
akupun cemberut
“Kau jelek” ujarnya dingin
“Kau yang membuatku kesal dan cemberut, baka!” aku memukul tangannya
“Lalu, kau ingin membicarakan apa?” tanya nya serius
Aku menggeleng. “Nanti saja~” aku berteriak sambil berlari menuju lantai 4
Sesampainya di lantai atas, aku langsung menghempaskan tubuhku ke sofa yang
selalu di pakai kami untuk bersantai. Tak jauh dari sofa, terlihat alat
pemanggang yang cukup usang.
“Payah, kita tidak membawa daging..huft~” ucapku
“Ini” tiba-tiba, tangan seseorang dari belakangku menyodorkan mainan karet berbentuk
kecoa. Sontak, aku langsung berteriak dan lari menjauh dari kecoa jadi-jadian
itu.
“Hahaha! Baka! Hahaha!” ternyata
laki-laki itu adalah Mamoru, dia tertawa bebas. Hampir satu tahun ini aku tidak
pernah melihatnya tertawa sebebas ini, dan sekarang dia menunjukannya di
hadapanku.
“itu tidak lucu Mamoru!” teriak ku seraya memukul kepalanya
“Aww, sakit” dia cemberut
Aku berpura-pura buang muka
“Gomen ne jurina-san~ Jangan
marah ya~” ujarnya seraya menghampiriku
“Hahaha! Kau tertipu! Wueeek~” ucapku meledek
“sial” ucapnya kesal
Aku menghampiri ke pagar besi yang mebatasi lantai paling atas ini. Dari
sini kami bisa melihat sampai kejauhan 5km. Bahkan, rumahku pun terlihat dari
atas sini.
Mamoru pun menghampiriku. Baiklah
jurina, ini kesempatan!
“3 tahun berlalu..” ujar Mamoru
“Kenangan ini terlalu manis untuk di lupakan. Aku tak akan pernah
melupakannya” ucapku sambil menatapnya
Dia mengangguk
“Aku tidak akan melupakan taman itu, gedung ini, kuroshaki, yukirin,
dan...aku tidak akan pernah melupakanmu” ucapku berani
Terlihat Mamoru langsung menatapku – Bisa
kau ulangi?
“Anoo..abaikan~” ucapku gugup
Kami terdiam beberapa menit, dan akhirnya Mamoru berbicara
“Oh iya, kau ingin membicarakan apa?” tanya nya
“Aku...” ucapku gugup
Terlihat, alis mata kanannya terangkat – Apa?
“Anoo..”
Kami pun saling berhadapan. Laki-laki di hadapanku ini yang membuatku
tergila-gila. Tinggi badan 10 senti di atasku, sifat yang hampir sama denganku,
terlihat pendiam tapi mempunyai selera humor yang luar biasa, dan selalu
berpenampilan keren di mataku. Aku tak bisa menahannya..
“Ayolah jurina-san~” ujarnya meyakinkanku
“Kau masih ingat kertas yang berisikan nomor handphone dan alamat
e-mailku?”
Dia mengangguk. “Kau bilang, kau tak sengaja menjatuhkan kertas itu di
kelasku” ujarnya
Aku tersenyum lalu menggeleng
“Lalu?” tanya Mamoru
“Aku sengaja menulis nomor handphone dan alamat e-mailku, aku juga sengaja
meremas kertas itu dan membiarkannya di mejamu” ucapku berani
Dia tetap terdiam
“itu kulakukan semenjak kita sering pulang bersama tapi tak saling mengenal.
Itu caraku untuk berkenalan denganmu, konyol? Ya, haha” ucapku tertawa dan
kembali serius
Mamoru terlihat tersenyum dan tetap terdiam
“Kau masih ingat e-mail pertamamu?” tanyaku datar
Dia mengangguk
“Kau yang pertama ingin berkenalan denganku dan yang selalu mengirim e-mail
pertama” aku tersenyum
Terlihat mukanya agak pucat dan tetap terdiam
“Dari situ, kita saling mengenal dan sangat dekat bagaikan adik-kakak. Dan
kau tahu? Kau lah sahabat pertamaku” ucapku datar
Laki-laki bernama Takashi Mamoru itu memasang wajah yang sangat kaget.
“Ka..kau yakin?” dia bertanya
Aku hanya mengangguk dan tersenyum
“Kau tahu kan, selama ini aku tinggal sendirian? Dan hanya kaulah
satu-satunya orang yang dapat menghiburku, bahkan membuat hidupku berubah
total. Berubah menjadi lebih berwarna” rasanya, air mulai tergenang di mataku.
Bibirku mulai gemetaran, dan rasanya ada yang ingin meledak di dadaku.
Dia tetap terdiam dengan wajah kagetnya
“Aku menganggapmu sebagai sahabat. Tapi saat ku tanya kau, kau hanya
menganggapku teman” Air mata ku mulai menetes
“Dulu, aku bagaikan diary mu, bahkan seperti penasehatmu, haha” aku tertawa
kecil
“Sangat banyak pengorbananku supaya aku dapat selalu dekat denganmu, bahkan
sampai melakukan banyak hal konyol tanpa rasa gengsi. Aku masih ingat semua
curhatanmu tentang Yukirin kepadaku, dan demi kau bahagia, aku menjodohkan
kalian tapi selalu gagal. Hingga pada akhirnya..” aku menangis dalam hening,
air mataku mulai berjatuhan bak turun hujan
Dia hanya menatapku datar
“Kau menjauh dariku!” aku mulai membentaknya
Terlihat wajahnya kaget dan mulai pucat
“Ju-ju-jurina..” wajahnya terlihat khawatir
“Kau tahu? Kau dahulu sangatlah cupu, seperti anak kutu buku. Setelah kau
mengenaliku, kita sama-sama merubah hal cupumu itu”
Dia terdiam seperti beku
“Tapi..Kau seperti tak pernah menghargaiku! Kau hanya bisa mengabaikanku”
emosiku sudah tak bisa terkontrol
“Kau tahu rasanya di jauhi oleh satu-satunya sahabat terbaikmu, di jauhi
oleh orang yang berarti di hidupmu, di jauhi oleh orang yang kau cintai?! Itu
sakit Mamoru!” aku benar-benar emosi
“Ya..kau merubah hidupku menjadi berwarna, tapi kemudian kau merubah
hidupku menjadi kosong..sangatlah kosong” aku menatapnya, “Selama 3 tahun ini
aku hanya bisa memendam rasa ini. Dan kau adalah cinta pertama ku Mamoru..” aku
memasang wajah fake smile dengan mata
yang terus merintikan air mata
“Kadang aku sering menggerutu pada diriku sendiri ‘Jurina, kau sangatlah
gila. Mencintai orang yang sama sekali tidak mencintaimu, sama sekali tidak’.
Haha..” aku tertawa kecil lalu aku menundukan kepalaku.
Kami pun terdiam
“Juri-jurina..ma-ma-maafkan aku” ucapnya terbata-bata
Aku tetap menunduk dan terdiam
“Aku sangat mencintaimu Raisu..” ucapku sambil tetap menundukan kepala
“Tapi jurina-san”
“Apa?” aku masih menunduk. Air mataku masih menetes
“Aku dan yukirin..kami..” wajahnya semakin pucat
Aku menatapnya
“kau..”
Dia mengangguk pelan. “Maafkan aku jurina, tapi aku sudah bersama Yukirin”
Bagaimana bisa? Saat aku menyatakan
cintaku, dia.....sial! batinku
Air mataku turun semakin deras, aku tersenyum pasrah
“Aku ingin meminta maaf padamu yang sebesar-besarnya, maafkan aku, maafkan
aku, maafkan aku. Maafkan aku Jurina..aku tidak bisa mencintaimu. Gomen ne Matsui Jurina” dia
mengungkapkan maaf
“Dan aku ingin berterima kasih padamu, karena kau, aku bisa bersama
Yukirin. Dan karena kau, hidupku berubah menjadi lebih baik. Tapi aku bodoh,
aku bodoh, aku benar-benar sangat bodoh, aku malah mengabaikanmu setelah aku
bersama Yukirin” Mamoru terlihat sangat pucat
Aku terdiam dan badanku tiba-tiba terjatuh. Aku terduduk dan air mataku tak
bisa berhenti turun.
Tiba-tiba, ada sepasang tangan, yang memelukku. Wangi parfume ini, parfume
yang sangat ku kenal. “Gomen..”
Sesosok yang memiliki tangan ini berbisik di telingaku.
Aku balik memeluknya. “Raisu-kun..arigatou”
Pelukan ini, mungkin akan menjadi pelukan kami yang pertama dan terakhir.
Aku berdiri dan mencoba menghapus air mataku. Lalu aku membungkukan
badanku.
“Arigatou Gozaimasu Raisu-kun~”
Mamoru terdiam kaget.
Aku kembali tegak dan mengembangkan senyum padanya lalu berjalan
melewatinya.
“Gomen..” dia berbisik tepat di
telingaku saat aku melewatinya
Aku menuruni tangga. Perasaanku kosong, tak bisa merasakan apa-apa. Aku
pergi ke taman belakang gedung dan menghampiri dua manusia yang sedang duduk di
bangku taman ini.
“Daijobu?” tanya Yukirin
Aku menggeleng dan memasang senyuman
“Jurina?” kuroshaki tampak khawatir melihat mataku sedikit membengkak
Aku memeluk mereka berdua. “Terima kasih atas semuanya” bisikku
Yukirin dan Kuroshaki memeluku balik, sungguh persahabatan yang sangat luar
biasa. Aku melepaskan pelukan. Dan aku melihat Mamoru berdiri beberapa meter di
belakang Kuroshaki dan Yukirin.
“Aku akan pergi ke Paris untuk melanjutkan sekolahku dan aku akan menjadi
seniman terkenal di dunia selama 2 tahun kedepan, haha. bercanda. Aku hanya
akan meninggalkan Jepang untuk duatahun kedepan, entah kemana. Tolong beritahu
Mamoru tentang hal ini, dia masih berada di atas” Aku tersenyum pura-pura tak
melihat Mamoru di belakang
Terlihat dari jauh, Mamoru tampak terkejut. “Kalau begitu aku pamit ya?”
ujarku, “Jurina, kenapa sangat mendadak? Kau menyebalkan, aku sayang
padamu” Yukirin menghampiriku dan
memelukku. “Jaga diri baik-baik ya” nasehat Kuroshaki, aku mengangguk. “Kalau
begitu aku pamit ya?” Aku membungkukan badan pada mereka berdua, “Arigatou
Gozaimasu~”. Aku berbalik dan meninggalkan mereka, “Jaaa!”
Yukirin dan Kuroshaki hanya terdiam. Aku dapat mendengar isakan Yukirin,
dia menangis.
Setelah cukup jauh, aku membalikan badan. “Sering-sering kunjungi blogku
ya! Aku akan selalu bekomunikasi dengan kalian melalui e-mail!” teriak ku
sambil melambaikan tangan
Aku berlari.
Aku berlari dari masa lalu.
Dan aku berlari menghadapi masa depan.
[Nostalgic ending]
[Mamoru POV]
“waktu itu..” ucap jurina
“ma..maaf...maafkan aku jurina..”
jawab ku
Dia hanya tersenyum menatapku. Ku sentuh
pipinya, ku usap air matanya.
Dia berdiri, “hmmm..baiklah,” jurina
menghapus air matanya yang masih terjatuh, “ayo kita ke lantai 4” dia tersenyum
Aku cukup terkejut, “ta..tapi..”
tiba-tiba sebuah tangan menarikku ke gedung itu.
“kau selalu memaksa” ucapku membetulkan
sweaterku
“kau yang membuatku memaksa” dia
menjulurkan lidah
Sesampainya di lantai 4, Jurina langsung
menghampiri pagar besi yang 2 tahun yang lalu menjadi saksi sebuah kejadian.
Aku menghampirinya, “Jurina-san?”
“Hm?” dia menoleh ke arahku dan
tersenyum
“Maafkan aku tentang kejadian 2 tahun
yang lalu”
Dia
hanya mengangguk
“Aku
adalah laki-laki yang jahat, sesatkan orang yang mencintaiku dengan kesedihan.
Dari situ, aku merasa suatu yang penting bagiku telah menghilang” ungkapku
“Kenapa
2 tahun berlalu begitu saja membuatku berbalik padamu? Beritahu..apakah ini
yang namanya karma?”
Dia
hanya terdiam
“Sampai
sekarang kuingin cintai dirimu namun selalu ego tak terucap, waktu itu aku terlalu
kejam. Mungkin ini karma” ku hela nafasku
Aku
dapat melihat wajah Jurina yang sangat terkejut, “kau? Kau bercanda kan? Haha,
sangat lucu” dia tertawa
Aku
menggeleng
“kau
serius?!” dia kaget
Aku
hanya tersenyum, “Kau adalah orang yang baik dahulu”
Dia
mengangkat alisnya – lalu?
“Aku
mencintaimu” ucapku bodoh “baiklah, aku memang terlihat bodoh. Tapi ini memang
yang kurasakan, aku berbalik padamu” aku berkata jujur
Dia
terdiam, “a-aa-aku tak tau harus berkata apa” ujarnya sambil membuang muka
“Tapi..”
aku harus menyatakan sesuatu “Tapi pada jari manisku masih ada seseorang. Sudah
tak bisa kembali ke masa itu..maafkan aku, aku hanya ingin mengungkapkan
perasaanku”
Kami terdiam beberapa menit
“Lebih baik kita kembali ke taman”
ujarnya pelan seraya menuruni tangga terlebih dahulu dan meninggalkanku
Kami berjalan menyusuri taman. Di bawah
musim gugur yang dingin, aku bisa merasakan sakitnya perasaan seseorang yang
dahulu mencintaiku namun ku abaikan. Maafkanlah Tuhan, diriku ini yang sangat
bodoh.
Sesampainya di depan pintu taman, kami
harus berpisah.
“Jurina-san, aishitemasu” aku refleks memeluknya tetapi dia tidak membalas
pelukanku
Saat aku melepas pelukan, dia hanya
tersenyum.
“Arigatou”
dia membungkuk lalu berdiri dan pergi meninggalkanku dengan skateboardnya
Dia hanya mengucapkan kata terima kasih
dan tak membalas ku. Aku merasakannya, aku merasakan sakit yang di alamninya nya
beberapa tahun yang lalu. Dan sekarang, aku akan menanggung rasa sakit ini.
[THE END]